TUGAS
INDIVIDU
ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA DAERAH DALAM BAHASA INDONESIA
DI KAMPUS
STKIP-PGRI PONTIANAK
Dosen : Al
Ashadi, S.Pd
Mata
Kuliah : Sosiolinguistik
Disusun Oleh :
ELIYANI
NIM : 511000212
Kelas : A sore
Semester
: 3 (Ganjil)
Prodi
: Bahasa dan Sastra Indonesia
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN
GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI)
PONTIANAK
2012
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikkan
laporan pengamatan ini dengan baik.
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga menyusun
laporan pengamatan yang berjudul”Analisis Campur Code Bahasa Daerah Dalam
Bahasa Indonesia di kampus STKIP-PGRI Pontianak”. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah sosiolinguistik yaitu bapak Al
Ashadi Alimin,S.Pd. Yang
telah membimbing kami dalam mempelajari materi ini.
Harapan saya dengan adanya laporan pengamatan ini,
kita semua dapat menpelajarinya dengan baik guna memperoleh ilmu pengetahuan serta
meningkatkan wawasan. Dalam pembuatan
laporan pengamatan ini, kami juga mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai
pihak. Agar menjadi motivasi untuk kami dalam pembuatan laporan pengamatan yang
lebih baik lagi.
Akhir kata penyusun mengucapakan banyak terima kasih
kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan pengamatan
ini, sehingga setiap pembelajaran yang kita peroleh dapat bermanfaat untuk kita
semua.
Pontianak, 2 Januari 2012
PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang......................................................................................1
B. Masalah
................................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan
Teori...................................................................................... 3
B. Deskripsi Hasil
Pengamatan.................................................................. 3
a.
Hasil Pengamatan...................................................................... 6
b.
Lokasi
Pengamatan................................................................... 6
c.
Alat
Pengamatan.........................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................... 8
B. Saran..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masyarakat di Indonesia
memiliki budaya yang bermacam-macam, ras, serta etnik. Sehingga dengan
sendirinya akan menyebabkan
bermacam-macam bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Situasi kebahasaan
masyarakat tutur diwarnai dengan penggunaan bahasa pertama atau bahasa etniknya
dan bahasa Indonesia dengan segala kemungkinan pemakaian bahasa campuran bahasa
dari daerah lain. Apabila dalam kondisi seperti itu, terjadi kontak sosial anta
penutur yang terjadi kontak sosial tersebut akan berusaha untuk memilih salah
satu bahasa yang dapat dijadikan sebagai variasi dalam situasi tersebut. Dengan
demikian pemilihan bahasa berfungsi sebagai pendekatan pada situasi dan
kondisi.
Gejalanya terlihat pada
penggunaan bahasa yang digunakan oleh mahasiswa dan mahasiswi di kampus
STKIP-PGRI PONTIANAK. Agar lancar dalam berkomunikasi dan tujuan komunikasi
dapat tercapai seperti yang diharapkan, mahasiswa dan mahasiswi tersebut melakukan
campur kode. Sehingga terjadi proses mempengaruhi diantara dua bahasa yang
digunakan secara bersamaan oleh si penutur, misalnya pemakaian bahasa Indonesia yang bersatu sebagai
mahasiswa dan mahasiswi di kampus kebanggaan STKIP-PGRI PONTIANAK, bukan
berarti penggunaan kaidah bahasa tidak ada batasnya. Bahasa yang digunakan para
penutur akan menimbulkan variasi bahasa baru berupa sistem kata sapaan pada
sejumlah masyarakat. Hal semacam ini yang menjadi latar belakang pengamatan ini
ialah keberadaan penutur bahasa yang memiliki budaya multikultur. Kondisi
semacam ini mendorong agar pemahaman antar budaya perlu dimiliki antar penutur
agar dapat memahami budaya lain dan mudah dalam bergaul.
Mahasiswa dan mahasiswi
multikultur di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK merupakan mahasiswa yang mayoritas
menggunakan bahasa
Melayu di lingkungan
kampus, hal ini dikarenakan sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi berasal dari
daerah.
B.
Masalah
Pengamatan
1.
Faktor
apa saja yang menyebabkan terjadinya campur kode di kampus STKIP-PGRI
PONTIANAK?
2.
Apa
tujuan penutur menggunakan campur kode di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK?
C.
Tujuan
Pengamatan
1.
Bertujuan
untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya campur kode di kampus STKIP-PGRI
PONTIANAK.
2.
Bertujuan
untuk mengetahui tujuan penggunaan campur kode di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK.
D.
Manfaat
Pengamatan
1.
Memperkaya
ilmu di bidang sosiolinguistik khususnya campur kode.
2.
Menjadi
bahan perbandingan untuk melakukan pengamatan selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Chaer (2004:114)
mengatakan di dalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang
digunakan dalam memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain
yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (spieces) saja, tanpa fungsi dan
keotonomian sebagai sebuah kode. Akan tetapi campur kode, menurut pendapat
Wardhaugh (1992:107), “Convercational
kode-mixing involves the deliberatemixing of two languages without and
associated topic change”. Campur kode meliputi pencampuran dua bahasa yang
dilakukan dengan sengaja tanpa mengganti topik pembicaraan.
Thelander (Chair,
2004:115) menjelaskan apabila suatu peristiwa, tutur klausa-klausa maupun
frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran (hybridclauses, hybrid pharases), dan
masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah peristiwa campur kode.
Nababan (dalam Rokhman,
2000:6) menyebutkan dengan istilah bahasa gado-gado untuk pemakaian bahasa
campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
B. Deskripsi Hasil Pengamatan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan tentang faktor-faktor penyebab timbulnya campur
kode di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK, dapat disajikan sebagai berikut. Tingkat
tutur yang digunakan oleh mahasiswa dan mahasiswi dalam berkomunikasi pada
umumnya tidaklah konsisten. Itu berarti, dalam melakukan tutur dalam suatu
wacana si penutur sering memakai tingkat tutur lebih dari satu.
Mereka
sering menggunakan dua atau lebih bervariasi tingkat tutrnya. Bahkan ada yang mencampurnya dengan bahasa
Indonesia sehingga dalam suatu wacana sering terjadi campur kode dari tingkat
tutur yang satu ke tingkat tutur yang lain, atau dari tingkat tutr bahasa
daaerah ke tutur bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh penutur yang
menggunakan dua bahasa atau biasa disebut dengan dwibahasa.
Wardhaugh (1992:107), “Convercational kode-mixing involves the deliberatemixing of two
languages without and associated topic change”. Campur kode meliputi
pencampuran dua bahasa yang dilakukan dengan sengaja tanpa mengganti topik
pembicaraan. Nababan (dalam Rokhman, 2000:6) menyebutkan dengan istilah bahasa
gado-gado untuk pemakaian bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa
daerah. Dua bahasa tersebut digunakan si penutur dalam waktu bersamaan, hal itu
dikarenakan penutur merasa lebih santai dengan menyampaikan apa yang ada
dipikirannya tanpa menghiraukan bahasa campuran yang digunakannya. Saya
mengamati percakapan antara mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Sambas dengan
mahasiswi keturunan sambas, tetapi sudah lama menetap di kota Pontianak.
Konteks: Percakapan seorang mahasiswa
yang berasal dari Kabupaten Sambas dengan temannya seorang mahasiswi keturunan
sambas, tapi telah lama menetap di kota Pontianak.
Mi:” Bang long, kapan balik
ke sambas?”
“Bang,
kapan pulang ke sambas?”
Ma:”Intah be i, tunggu libur semesterlah kali tok”
“Belum tahu,
kemungkinan saat liburan semester”
Mi:”Daan na’ dipercepat ke?”
“Apa tidak ingin
dipercepat?”
Ma:”Usah, tugas kampus yo numpuk”
“ Jangan, itu
banyak tugas dari kampus”
Mi:”Oh,
aoklah kalau geye”
“Oh, iyalah
kalau begitu”
Ma:”Adek, balik ke sambas ndak liburan ini?”
“Adik, liburan
ini pulang ke sambas gag?”
Mi:”Ndak kali bang long, liburan di sini jak”
“Mungkin tidak
bang, liburan di sini aja”
Ma:”Ngape ude’ tang ndak balik? Daan na’ ke rumah neneknya ke?”
“Kenapa tidak
pulang? Apa tidak ingin pergi ke rumah neneknya?”
Mi:”Bile-bile jaklah, liburan itok
na’di sini jak”
“Kapan-kapan
sajalah, liburan kali ini di sini aja”
Ma:”Padahal,
bang long na’ ngajak balik
serate”
“Padahal, abang mau
ngajak pulang sama-sama”
Mi:”Oh,
makasih jak bang long. Bile-bile jak i”
“Oh, makasih
bang. Lain kali aja ya”
Ma:”Aoklah mun geye, bang long masuk ke kelas dolo’ i?”
“Okelah kalau
begitu, abang masuk kelas dulu ya?”
Mi:”Aoklah”
“Iya”
Dalam
wacana percakapan di atas merupakan campur kode Bahasa Melayu Sambas (BMS)
dalam Bahasa Indonesia (BI). Hal ini terlihat pada percakapan antara mahasiswa
dan mahasiswi yang ditunjukan oleh kata-kata BMS, yaitu bang long, “abang”
dan balik
ke sambas, “pulang ke sambas” di antara BI pada kata-kata kapan. Selain itu pada BMS intah
be i, “belum tahu” di antara BI pada kata-kata liburan. Selain itu pada BMS Daan na’, “apa tidak” diantara BI
kata-kata dipercepat. BMS diantaranya
kata usah,”jangan”,
pada BI kata banyak tugas dari kampus. BMS
diantara adalah kata aoklah, gaye, “iya, begitu”
diantaranya BI kata liburan ini. BMS
diantara kata adek, balik ke sambas ndak, “adik, pulang ke sambas gag”, BI
kata ke rumah neneknya. Pada BMS kata
ndak
kali bang long ”mungkin tidak bang”, diantara BI pada kata liburan di sini aja . BMS diantara adalah kata ngape
ude’ tang ndak balik,”kenapa tidak pulang”, tidak ingin pergi ke rumah nenek. Pada BMS kata bile-bile
jaklah”kapan-kapan sajalah”, BI pada kata di sini jak. BMS
diantaranya kata bang long na’,”abang
mau” diantara BI kata pulang sama-sama. Pada
BMS kata bile-bile jak i, “lain kali aja ya”, diantara BI pada kata oh, makasih. BMS pada kata aoklah
mun gaye, bang long “okelah kalau begitu, bang”, BI pada kata masuk ke kelas.
Percakapan
ini menunjukan adanya bahasa campuran. Dengan demikian wacana percakapan ini
merupakan campur kode Bahasa Melayu Sambas (BMS) dalam Bahasa Indonesia (BI).
a. Jenis
Pengamatan
Pengamatan
ini merupakan sebuah penelitian lapangan. Penelitian termasuk penelitian
kualitatif. Penelitioan deskriptif kualitatif dilakukan, agar dapat
mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena alam secara langsung.
b. Lokasi
Pengamatan
Penelitian
ini dilaksanakan di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK, karena di kampus tersebut
terdapat budaya yang beranekaragam. Di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK terdapat
banyak etnis melayu sambas dan etnis lainnya baik sebagai mahasiswa dan
mahasiswi, sehingga di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK terdapat banyak turunan
bahasa melayu yang bervariasi dengan Bahasa Indonesia.
c. Alat
Pengamatan
Ketika
melakukan sebuah penelitian, pastinya kita memerlukan sebuah alat. Pada penelitian
ini saya menggunan alat utama dan alat bantu. Alat utama yaitu terjun langsung
ke tempat yang akan dilakukan penelitian. Sedangkan alat bantu berupa alat
tulis, alat elektronik.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Setelah melakukan penelitian, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut. Tujuan penutur menggunakan campur kode di kampus STKIP-PGRI
PONTIANAK agar terjadi keakraban antara sesama mahasiswa dan mahasiswi di
kampus tersebut.
B.
Saran
Negara Indonesia memiliki masyarakat yang bilingual dan multilingual,
sehingga masyarakat Indonesia dapat dan sering memakai bahasa lebih dari satu
atau menyisipkan bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia.
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat
menjadi gambaran untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik
Perkenalan Awal. Jakarta Renika Cipta.
Wardhaugh, Ronald. 1992. An Introduction to Sociolinguistics.
Cambrigde: Blackwell
Publishers.
Nababan. 2000. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar