Selasa, 16 Oktober 2012

Makalah Sosiolinguistik



TUGAS INDIVIDU
ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA DAERAH DALAM BAHASA INDONESIA
 DI KAMPUS STKIP-PGRI PONTIANAK

                               Dosen                  :    Al Ashadi, S.Pd
                               Mata Kuliah       :    Sosiolinguistik

Disusun Oleh :

ELIYANI
NIM : 511000212

Kelas   : A sore
Semester : 3 (Ganjil)
Prodi :            Bahasa dan Sastra Indonesia

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI)
PONTIANAK
2012

KATA PENGANTAR
           
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikkan laporan pengamatan ini dengan baik.
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga menyusun laporan pengamatan yang berjudul”Analisis Campur Code Bahasa Daerah Dalam Bahasa Indonesia di kampus STKIP-PGRI Pontianak”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah sosiolinguistik yaitu bapak Al Ashadi Alimin,S.Pd. Yang telah membimbing kami dalam mempelajari materi ini.
Harapan saya dengan adanya laporan pengamatan ini, kita semua dapat menpelajarinya dengan baik guna memperoleh ilmu pengetahuan serta meningkatkan  wawasan. Dalam pembuatan laporan pengamatan ini, kami juga mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak. Agar menjadi motivasi untuk kami dalam pembuatan laporan pengamatan yang lebih baik lagi.
Akhir kata penyusun mengucapakan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan pengamatan ini, sehingga setiap pembelajaran yang kita peroleh dapat bermanfaat untuk kita semua.
                            

Pontianak, 2 Januari 2012

PENYUSUN




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB   I      PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang......................................................................................1
B.  Masalah ................................................................................................ 2
C.  Tujuan................................................................................................... 2
D.  Manfaat................................................................................................. 2
BAB   II    PEMBAHASAN
A.  Landasan Teori...................................................................................... 3
B.  Deskripsi Hasil Pengamatan.................................................................. 3
a.       Hasil Pengamatan...................................................................... 6
b.      Lokasi Pengamatan................................................................... 6
c.       Alat Pengamatan.........................................................................7
BAB   III   PENUTUP
A.  Simpulan.........................................................................................       8
B.  Saran..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….         9




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Masyarakat di Indonesia memiliki budaya yang bermacam-macam, ras, serta etnik. Sehingga dengan sendirinya akan menyebabkan  bermacam-macam bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Situasi kebahasaan masyarakat tutur diwarnai dengan penggunaan bahasa pertama atau bahasa etniknya dan bahasa Indonesia dengan segala kemungkinan pemakaian bahasa campuran bahasa dari daerah lain. Apabila dalam kondisi seperti itu, terjadi kontak sosial anta penutur yang terjadi kontak sosial tersebut akan berusaha untuk memilih salah satu bahasa yang dapat dijadikan sebagai variasi dalam situasi tersebut. Dengan demikian pemilihan bahasa berfungsi sebagai pendekatan pada situasi dan kondisi.
Gejalanya terlihat pada penggunaan bahasa yang digunakan oleh mahasiswa dan mahasiswi di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK. Agar lancar dalam berkomunikasi dan tujuan komunikasi dapat tercapai seperti yang diharapkan, mahasiswa dan mahasiswi tersebut melakukan campur kode. Sehingga terjadi proses mempengaruhi diantara dua bahasa yang digunakan secara bersamaan oleh si penutur, misalnya pemakaian  bahasa Indonesia yang bersatu sebagai mahasiswa dan mahasiswi di kampus kebanggaan STKIP-PGRI PONTIANAK, bukan berarti penggunaan kaidah bahasa tidak ada batasnya. Bahasa yang digunakan para penutur akan menimbulkan variasi bahasa baru berupa sistem kata sapaan pada sejumlah masyarakat. Hal semacam ini yang menjadi latar belakang pengamatan ini ialah keberadaan penutur bahasa yang memiliki budaya multikultur. Kondisi semacam ini mendorong agar pemahaman antar budaya perlu dimiliki antar penutur agar dapat memahami budaya lain dan mudah dalam bergaul.
Mahasiswa dan mahasiswi multikultur di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK merupakan mahasiswa yang mayoritas menggunakan bahasa
Melayu di lingkungan kampus, hal ini dikarenakan sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi berasal dari daerah.


B.     Masalah Pengamatan
1.      Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya campur kode di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK?
2.      Apa tujuan penutur menggunakan campur kode di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK?
C.    Tujuan Pengamatan
1.      Bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya campur kode di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK.
2.      Bertujuan untuk mengetahui tujuan penggunaan campur kode di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK.
D.    Manfaat Pengamatan
1.      Memperkaya ilmu di bidang sosiolinguistik khususnya campur kode.
2.      Menjadi bahan perbandingan untuk melakukan pengamatan selanjutnya.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Landasan Teori
Chaer (2004:114) mengatakan di dalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dalam memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (spieces) saja, tanpa fungsi dan keotonomian sebagai sebuah kode. Akan tetapi campur kode, menurut pendapat Wardhaugh (1992:107), “Convercational kode-mixing involves the deliberatemixing of two languages without and associated topic change”. Campur kode meliputi pencampuran dua bahasa yang dilakukan dengan sengaja tanpa mengganti topik pembicaraan.
Thelander (Chair, 2004:115) menjelaskan apabila suatu peristiwa, tutur klausa-klausa maupun frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran (hybridclauses, hybrid pharases), dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah peristiwa campur kode.
Nababan (dalam Rokhman, 2000:6) menyebutkan dengan istilah bahasa gado-gado untuk pemakaian bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

B.     Deskripsi Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tentang faktor-faktor penyebab timbulnya campur kode di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK, dapat disajikan sebagai berikut. Tingkat tutur yang digunakan oleh mahasiswa dan mahasiswi dalam berkomunikasi pada umumnya tidaklah konsisten. Itu berarti, dalam melakukan tutur dalam suatu wacana si penutur sering memakai tingkat tutur lebih dari satu.
Mereka sering menggunakan dua atau lebih bervariasi tingkat tutrnya. Bahkan ada yang mencampurnya dengan bahasa Indonesia sehingga dalam suatu wacana sering terjadi campur kode dari tingkat tutur yang satu ke tingkat tutur yang lain, atau dari tingkat tutr bahasa daaerah ke tutur bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh penutur yang menggunakan dua bahasa atau biasa disebut dengan dwibahasa.
 Wardhaugh (1992:107), “Convercational kode-mixing involves the deliberatemixing of two languages without and associated topic change”. Campur kode meliputi pencampuran dua bahasa yang dilakukan dengan sengaja tanpa mengganti topik pembicaraan. Nababan (dalam Rokhman, 2000:6) menyebutkan dengan istilah bahasa gado-gado untuk pemakaian bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Dua bahasa tersebut digunakan si penutur dalam waktu bersamaan, hal itu dikarenakan penutur merasa lebih santai dengan menyampaikan apa yang ada dipikirannya tanpa menghiraukan bahasa campuran yang digunakannya. Saya mengamati percakapan antara mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Sambas dengan mahasiswi keturunan sambas, tetapi sudah lama menetap di  kota Pontianak.

Konteks: Percakapan seorang mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Sambas dengan temannya seorang mahasiswi keturunan sambas, tapi telah lama menetap di kota Pontianak.

Mi:” Bang long, kapan balik ke sambas?”
            “Bang, kapan pulang ke sambas?”

Ma:Intah be i, tunggu libur semesterlah kali tok
            “Belum tahu, kemungkinan saat liburan semester”

Mi:”Daan na’ dipercepat ke?”
            Apa tidak ingin dipercepat?”


Ma:”Usah, tugas kampus yo numpuk”
            “ Jangan, itu banyak tugas dari kampus”

Mi:”Oh, aoklah kalau geye
            “Oh, iyalah kalau begitu”

Ma:”Adek, balik ke sambas ndak liburan ini?”
            “Adik, liburan ini pulang ke sambas gag?”

Mi:”Ndak kali bang long, liburan di sini jak”
            “Mungkin tidak bang, liburan di sini aja”

Ma:”Ngape ude’ tang ndak balik? Daan na’ ke rumah neneknya ke?
            “Kenapa tidak pulang? Apa tidak ingin pergi ke rumah neneknya?”

Mi:”Bile-bile jaklah, liburan itok na’di sini jak”
            “Kapan-kapan sajalah, liburan kali ini di sini aja”

Ma:”Padahal, bang long na’ ngajak balik serate
            “Padahal, abang mau ngajak pulang sama-sama”

Mi:”Oh, makasih jak bang long. Bile-bile jak i
            “Oh, makasih bang. Lain kali aja ya”

Ma:”Aoklah mun geye, bang long masuk ke kelas dolo’ i?
            “Okelah kalau begitu, abang masuk kelas dulu ya?”

Mi:”Aoklah
            “Iya”
Dalam wacana percakapan di atas merupakan campur kode Bahasa Melayu Sambas (BMS) dalam Bahasa Indonesia (BI). Hal ini terlihat pada percakapan antara mahasiswa dan mahasiswi yang ditunjukan oleh kata-kata BMS, yaitu bang long, “abang” dan balik ke sambas, “pulang ke sambas” di antara BI pada kata-kata kapan. Selain itu pada BMS intah be i, “belum tahu” di antara BI pada kata-kata liburan. Selain itu pada BMS Daan na’, “apa tidak” diantara BI kata-kata dipercepat. BMS diantaranya kata usah,”jangan”, pada BI kata banyak tugas dari kampus. BMS diantara adalah kata aoklah, gaye, “iya, begitu” diantaranya BI kata liburan ini. BMS diantara kata adek, balik ke sambas ndak, “adik, pulang ke sambas gag”, BI kata ke rumah neneknya. Pada BMS kata ndak kali bang long ”mungkin tidak bang”, diantara BI pada kata liburan di sini aja . BMS diantara adalah kata ngape ude’ tang ndak balik,”kenapa tidak pulang”, tidak ingin pergi ke rumah nenek. Pada BMS kata bile-bile jaklah”kapan-kapan sajalah”, BI pada kata di sini jak. BMS diantaranya kata bang long na’,”abang mau” diantara BI kata pulang sama-sama. Pada BMS kata bile-bile jak i, “lain kali aja ya”, diantara BI pada kata oh, makasih. BMS pada kata aoklah mun gaye, bang long “okelah kalau begitu, bang”, BI pada kata masuk ke kelas.

Percakapan ini menunjukan adanya bahasa campuran. Dengan demikian wacana percakapan ini merupakan campur kode Bahasa Melayu Sambas (BMS) dalam Bahasa Indonesia (BI).

a.      Jenis Pengamatan
Pengamatan ini merupakan sebuah penelitian lapangan. Penelitian termasuk penelitian kualitatif. Penelitioan deskriptif kualitatif dilakukan, agar dapat mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena alam secara langsung.
b.      Lokasi Pengamatan
Penelitian ini dilaksanakan di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK, karena di kampus tersebut terdapat budaya yang beranekaragam. Di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK terdapat banyak etnis melayu sambas dan etnis lainnya baik sebagai mahasiswa dan mahasiswi, sehingga di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK terdapat banyak turunan bahasa melayu yang bervariasi dengan Bahasa Indonesia.


c.       Alat Pengamatan
Ketika melakukan sebuah penelitian, pastinya kita memerlukan sebuah alat. Pada penelitian ini saya menggunan alat utama dan alat bantu. Alat utama yaitu terjun langsung ke tempat yang akan dilakukan penelitian. Sedangkan alat bantu berupa alat tulis, alat elektronik.
 


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Setelah melakukan penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Tujuan penutur menggunakan campur kode di kampus STKIP-PGRI PONTIANAK agar terjadi keakraban antara sesama mahasiswa dan mahasiswi di kampus tersebut.
B.     Saran
Negara Indonesia memiliki masyarakat yang bilingual dan multilingual, sehingga masyarakat Indonesia dapat dan sering memakai bahasa lebih dari satu atau menyisipkan bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia.
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk penelitian selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta Renika Cipta.

Wardhaugh, Ronald. 1992. An Introduction to Sociolinguistics. Cambrigde: Blackwell
        Publishers.

Nababan. 2000. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama





Tidak ada komentar:

Posting Komentar